Ditemukan Juga Ikan Batak
Dr Charles menuturkan penelitian ini dilakukan dalam rangka upaya awal mengendalikan populasi ikan red devil di Danau Toba. Sebab, meledaknya populasi tersebut meresahkan nelayan di pinggiran Danau Toba.
Ikan yang ditemukan selama survei terdiri dari tujuh spesies dari lima famili. Ikan yang populasinya paling melimpah dan dominan ditemukan di semua lokasi sampling adalah red devil dari berbagai ukuran.
Selama penelitian, para dosen ini juga menemukan ikan spesies asli Danau Toba seperti ikan Batak (Neolissochilus soro) dan ikan manggabai (Glossogobius giuris).
Ada juga spesies ikan yang pernah jadi primadona pada 2003-2013 yaitu ikan pora-pora (Mystacoleucus padangensis) yang ditemukan di beberapa anak sungai. Padahal ikan tersebut dianggap sudah punah di Danau Toba sejak 2016.
Kemunculan ikan Red Devil sempat membuat geger karena mengganggu ekosistem asli di Danau Toba. Ternyata setelah diteliti ikan tersebut mampu mengatasi persoalan stunting.
Bupati Toba Poltak Sitorus menyebut ikan Red Devil bisa menjadi kuliner olahan yang lezat. Meski diakuinya ikan itu menjadi ancaman tersendiri.
"Ini persoalan yang harus kita buat jadi berkah, tidak bisa kita tangkap lalu kita ganti, tapi manfaatkan yang ada ini lalu kita tambah nilainya," ungkap Poltak saat acara KaTa Kratif Toba, Rabu (19/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poltak menambahkan ikan Red Devil sudah diolah menjadi keripik, bakso, dan olahan lainnya. Namun begitu, ia menyebutkan saat ini, pihaknya memerlukan peralatan untuk memproduksi olahan ikan Red Devil tersebut.
"Sekarang yang kita perlukan itu peralatan terkait itu untuk bikin keripik, bakso dan lain-lain. Ibu-ibu ini yang paling buat solusi," ujarnya.
Dirut Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Jimmy Bernando Panjaitan menyebutkan bahwa ikan Red devil ini memiliki rasa yang gurih.
"Kalau digoreng kering, ternyata lebih enak dibanding ikan selar. Mungkin kita beri dorongan agar jadi oleh-oleh," tutur Jimmy.
Jimmy mengatakan daging ikan Red Devil ini sudah diuji di laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding ikan nila.
"Dagingnya sudah dibawa ke IPB Bogor, kandungan protein ternyata lebih tinggi dari nila, jadi kalau kita bisa olah untuk makanan bisa untuk cegah stunting, cuma cita rasanya kurang dan ini bisa kita buat inovasi," ucapnya.
"Ikan endemik di Danau Toba itu sebenarnya mujair. Kemudian muncul ikan Red devil yang dulu nnggak tahu siapa bawa, ini ikan predator, dimakanlah mujair ini," pungkasnya.
Ciri-ciri Ikan Red Devil
Umumnya, ikan Red Devil dewasa memiliki ukuran mencapai 38 cm. Ukuran itu lebih besar daripada ikan air tawar biasanya. Selain itu, beratnya mencapai 1,2 kg.
Ikan Red Devil memiliki sirip runcing yang membantu mereka memberikan kecepatan dan kelincahan di dalam air. Bibir ikan ini juga cukup tebal, biasanya berwarna hitam atau oranye.
Ikan Red Devil juga memiliki gigi besar dan rahang yang sangat kuat. Nah, dengan mulutnya itulah ikan Red Devil dapat memangsa populasi ikan manapun.
Ikan Red Devil memiliki banyak variasi warna. Yang paling banyak ditemukan adalah yang berwarna coklat dan abu-abu. Selain itu, ada juga yang berwarna putih, kuning dan merah cerah.
Baca Juga: Pecel Lele Sebenarnya Bukan Pecel ? Ini Faktanya!
Ikan Red Devil Dilarang di Indonesia
Ikan ini merupakan kategori ikan yang dilarang di Indonesia. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 19 Tahun 2020 tentang Larangan Pemasukan, Pembudidayaan, Peredaran dan Pengeluaran Jenis Ikan Yang Membahayakan dan atau Merugikan Dalam dan Dari Perairan Negara Republik Indonesia.
Larangan tersebut tentu berkaitan dengan karakter ikan Red Devil yang invasi. Karena keganasannya, ikan Red Devil dapat memangsa semua populasi ikan di perairan, terutama ikan milik nelayan.
Baca Juga: 5 Fakta Unik Ikan Penis yang Eksotis dan GurihUmami
TRIBUN-MEDAN.com, PANGURURAN -Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Samosir bersama mahasiswa KKN Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan pelatihan pengelolaan makanan nuget berbahan baku ikan Lohan Merah (Red Devil) di Danau Toba.
Perlu diketahui, bahwa ikan Red Devil kerap memangsa segala jenis ikan di Danau Toba. Kepala Dinas Ketapang dan Pertanian Kabupaten Samosir, Tumiur Gultom berharap dengan cara itu, dapat mengurangi ikan Red Devil di Danau Toba.
“Kita juga tengah berupaya mengurangi jumlah ikan red devil yang sifatnya invasif. Maka dengan cara ini kita berharap dapat juga menunjang program ketahanan pangan. Artinya, ikan red devil tersebut dapat diubah menjadi sumber protein dan makanan bergizi lainnya bagi masyarakat,” ujar Tumiur Gultom, Selasa (13/8/2024).
Selain nuget, pihaknya juga akan berkoodinasi dengan pelaku dengan membuat makanan kerupuk dengan menggunakan bahan baku ikan Red Devil. “Kedua, kita juga berkoordinasi dengan pengrajin yang dapat menghasilkan kerupuk,” sambungnya.
Tumiur berharap pengelolaan ikan Red Devil dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Dan peserta yang mengikuti pelatihan pengelolaan ikan Red Devil tersebut, dapat disebarkan kepada seluruh masyarakat Samosir.
“Kita berharap pengetahuan pengrajin dapat bertambah, guna mengelola ikan red devil menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat. Kegiatan tersebut menghadirkan masyarakat dari Siopat Sosor dan Situngkir dan 9 penyuluh dari kecamatan, sehingga informasi ini dapat disebarkan," sambungnya.
"Dan, kita berharap setiap kecamatan membentuk kelompok untuk pengolahan ikan red devil tersebut," sambungnya.
Pengamat Lingkungan Hidup Gurgur Manurung: Ikan Red Devil Sifatnya Invasif
Pengamat lingkungan Gurgur Manurung menyampaikan Danau Toba sedang dalam bencana setelah merebaknya jumlah ikan red devil (Iblis Merah).
Ikan Iblis Merah tersebut disebut sebagai predator bagi ikan yang lain; ikan mas dan mujahir.
Kedua ikan ini merupakan ikan yang ditangkap nelayan tradisional di kawasan Danau Toba.
Dirinya sendiri telah menyampaikan aspirasi soal perkembangan jumlah ikan merah yang ia sebut sebagai ikan predator sekaligus invasif.
"Dari dulu sudah kita katakan soal itu, tapi sekarang kita ternyata mengalaminya. Sejak tahun 2000, saya sudah teriak-teriak agar jangan ada ikan invasif di Danau Toba. Harus ada kontrol," ujarnya beberapa waktu lalu.
"Itu membutuhkan riset soal ini sebab ini adalah bencana bagi ekosistem Danau Toba. Ini adalah sesuatu yang serius, bukan sebatas bahasa-bahasa politis lagi," sambungnya.Menurutnya, ikan Iblis Merah itu belum diketahui secara pasti dari mana asalnya.
Awal Mula Ikan Red Devil Masuk ke Indonesia
Ikan ganas ini banyak muncul di perairan air tawar Indonesia, salah satunya di Danau Toba, Sumatera Utara. Selain itu, pernah juga muncul di waduk Waduk Kulon Progo, Wonorejo, Tulungagung dan Waduk Sermo.
Peneliti menyebutkan bahwa Red Devil masuk ke Indonesia sekitar 1990-an, dibawa dari Malaysia dan Singapura. Lalu, disebarkan di beberapa waduk buatan di Indonesia, lapor CNBC (02/08).
Peneliti mengatakan bahwa ikan Red Devil sengaja dilepaskan di perairan Indonesia oleh penggemar ikan hias. Sebab ikan Red Devil merupakan ikan hias.
Pelepasan tersebut diklaim tanpa pengkajian yang jelas sehingga berakibat populasinya meluas dengan cepat hingga mendominasi dan merusak perairan.
Ikan Red Devil Bersifat Agresif
Dr Charles menjelaskan ikan red devil melimpah dan menyebar luas di perairan Danau Toba lantaran beberapa alasan seperti tidak ada predator alami spesies tersebut, sehingga mampu mengendalikan populasinya.
Ikan red devil juga mempunyai sifat omnivora yang cenderung karnivora, sehingga dapat memanfaatkan seluruh relung makanan yang ada. Bahkan spesies tersebut ditemukan mengonsumsi anak ikan spesies lain.
"Ikan red devil bersifat agresif, membangun teritori, menjaga sarangnya, dan memijah sepanjang tahun. Alhasil membuat rekrutmen ikan ini sangat cepat," kata Dr Charles dikutip dari IPB University.
Selain itu, masyarakat sekitar Danau Toba tidak terlalu menyukai ikan red devil karena durinya yang tajam dan dagingnya tipis. Ikan tersebut lebih banyak ditangkap untuk jadi pakan ternak.
Pemanfaatan ikan red devil sebagai bahan makanan berupa produk olahan seperti bakso ikan dan kerupuk ikan pun masih sangat terbatas hingga sekarang ini. Hal ini pun membuat pertumbuhan populasi ikan red devil terus naik karena kurangnya penangkapan untuk kebutuhan sehari-hari.
"Kami sudah merancang kajian berikutnya yang bukan saja fokus kepada aspek bioekologi ikan red devil, melainkan kami juga akan melakukan kajian pengendalian populasi ikan red devil, interaksi antarpopulasi ikan penghuni Danau Toba saat ini, dan pemanfaatan ikan red devil untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di sekitar Danau Toba," terang Dr Charles.
Ia menambahkan, ikan red devil dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan sumber protein hewani dalam rangka mengurangi angka stunting anak-anak di sekitar Danau Toba.
Ikan Red Devil Bisa Dimakan
Ikan Red Devil merupakan jenis ikan hias yang biasa dikonsumsi. Ikan ini memiliki tekstur yang cenderung lebih lembut. Soal rasa banyak pendapat, ada yang menyebut gurih.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa rasanya kurang enak. Selain itu, ikan Red Devil juga memiliki kandungan asam amino dan protein dalam jumlah yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: 4 Fakta Ikan Toman, Predator Seharga Rp 20 Juta yang Kaya Nutrisi
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Ikan Red Devil menghebohkan masyarakat setelah dikabarkan muncul di Danau Toba, Sumatera Utara. Karena ikan ini memangsa ikan lain di dalam danau.
Ikan Red Devil adalah spesies ikan tawar yang berasal dari Danau Managua, Nikaragua, dan Xilao di Amerika Tengah. Ikan ini dikenal dengan nama latin Amphilophus labiatus.
Ikan ini memiliki penampilan seperti ikan louhan. Ikan Red Devil tergolong ikan ganas, sehingga bisa merusak populasi ikan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia sendiri, jenis ikan tersebut dilarang keberadaannya. Namun, belakangan heboh karena masyarakat menemukan ikan tersebut muncul di Danau Toba, Sumatera Utara.
Beberapa tahun ke belakang, ikan invasif red devil (Amphilophus citrinellus) menghebohkan Indonesia karena populasinya meledak di Danau Toba. Ikan ini disebut telah merusak ekosistem karena perilakunya sangat agresif dan dikenal sebagai karnivora yang bisa memakan ikan-ikan kecil.
Terkait populasi ikan yang meledak, para dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University melakukan penelitian sejak April hingga Oktober 2024. Para dosen tersebut terdiri dari Prof Jonson Lumban-Gaol, Prof Vincentius V Siregar, Dr Charles P H Simanjuntak, dan Dr Dinar Tri Soelistyowati. Mereka tergabung dalam program Dosen Pulang Kampung (Dospulkam).
Hasil penelitian tim dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) University, menemukan bahwa ikan yang sebenarnya berasal dari Nikaragua ini ternyata memang mampu mengembangkan populasinya secara masif di perairan Danau Toba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT